Friday, April 22, 2011

Nafsu Daging


Hari ini jumat agung. Mulai dari perenenung ringan tetapi saya terbawa hingga keseriusan berpikir. Saya bertanya-tanya soal Iman, keselamatan, agama, kepercayaan, doktrin. Begitu sulit untuk mengerti semua ini. Berbagi sedikit pandangan dengan saudara Ali, saya tercengang dengan satu balasan smsnya walaupun saya sudah pernah mendengar hal ini beberapa kali sebelumnya. Saudaraku Ali berkata, "kalo soal Iman, ini soal Pengalaman spiritual dan sangat bersifat pribadi bang". Tapi apakah kita akan menyadari dan Tahu bahwa pengalaman itu sudah jadi bagian kita? sudah pernahkah kita alami? sadar atau tidak sadar? kalau saya sendiri sudah mengalami, tapi keyakinan itu tak mutlak seratus 100 persen. Karena keragu-raguan Saya kembali merefleksi pengertian Iman, Ibrani 11. Orang yang bisa mengimplementasikannya kedalam kehidupan mereka iman dan mengontrol nafsu kedagingan sudah boleh disebut adimanusiawi. Sedapatnya saya berpikir bahwa, nafsu manusia tidak lepas dari tangkapan indera terhadap sesuatu yang nikmat, sedap, enak, dan yang memuaskan. Sehingga merangsang diri untuk segera mewujudkan hasrat, keinginan, kemauan, kenafsuan manusia. Saya mencoba mentabrakannya dengan pemahanan saya tentang iman. Iman disini bertujuan untuk mereduksi kemauan manusia akan hal duniawi. keinginan yang tidak bisa tercapai segera harus dikontrol dengan cara menenangkan batin dan perenungan-perenungan melepaskan keinginan hasrat manusia dan menjalurkan kita kepada sesuatu yang diluar kehidupan kita sebagai manusia. Iman bisa jadi adalah suatu kemampuan supranatural yang dimiliki setiap manusia pembawaan kita sebagai ciptaan, namun untuk menemukannya dan mengimplementasikannya adalah integritas, tekad dan kemauan terlepas dari hasrat memenuhi nafsu manusia yang membutuhkan mindset, mindpattern pola dan kemampuan mengatur pikiran(otak mengatur kerja seluruh kerja saraf dan indera). Yesus mampu mengimplementasikan bagaimana hidup terlepas dari nafsu dunia(kedagingan)dan memberi pelajaran hidup tentang iman semasa hidupnya sebagai manusia. Saya sebagai pengikut ajarannya mengetahui bagaimana kehidupan dia disaksikan kitab suci sebagai guru hidup dan pelaku karya keselamatan. Sebelum via dolorosa Yesus terlebih dahulu sudah mempersiapkan dirinya dengan berpuasa 40 hari dan malam. Hal berpuasa persis bermaksud sebagai latihan atau cara kita melepaskan diri dari keinginan daging, Lapar haus dan nafsu-nafsu manusia lainnya. Kita bisa memiliki hidup yang lebih tenang dibumi ini jika kita sudah terlepas dari nafsu kemanusiaan kita (tesis). Yang membuat kita merasakan Hidup begitu berat adalah keinginan kita untuk memenuhi, memuaskan, mewujudkan nafsu-nafsu manusia kita.


Uncle Rb's house, April 23/2011
Pesurnay Althien

No comments:

Post a Comment

About Me

My photo
PHILOSOPHY BATANG SAGU